Sejarah Sawang



Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau yang disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan berbagai peristiwa. Peninggalan peninggalan itu disebut sumber sejarah. Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau yang disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan berbagai peristiwa. Peninggalan peninggalan itu disebut sumber sejarah. Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau yang disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan berbagai peristiwa. Peninggalan peninggalan itu disebut sumber sejarah. Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau yang disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan berbagai peristiwa. Peninggalan peninggalan itu disebut sumber sejarah.
Gampong Sawang berada pada koordinat 04° 43’ 59,2 LU dan 95° 30’ 30,7” BT. Topografi wilyahnya datar dan berbukit dengan ketinggian antara 0 – 35 m dpl. Gampong Sawang termaksuk dalam wilayah administrasi kemukiman Lageun Kecamatan Setia Bakti Kabupaten Aceh Jaya Propinsi Aceh. Gampong Sawang berada dilintasan jalan raya Banda Aceh – Calang dengan Jarak tempuh dari Kota Calang ± 21 Km, perjalanan dapat di tempuh dengan menggunakan kendaraan roda 2 atau 4.

Sebelum bencana alam Gempa dan Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004, gampong Sawang merupakan salah satu Gampong di Pantai Barat Aceh yang sudah relatif maju dan merupakan ibukota Kecamatan Setia Bakti. Akibat Bencana Gempa dan Tsunami selain merengut ratusan jiwa masyarakat yang berada di Gampong Sawang seperti perumahan, perkantoran kecamatan, mesjid jalan, jembatan dan sarana umum lainnya menjadi hancur dan hilang. Selain itu akibat bencana gempa dan tsunami telah menyebabkan terjadinya perubahan lahan gampong secara permanen, dimana sebagian lahan perkarangan sawah atau kebun berubah menjadi rawa – rawa.

    Dari penelusuran sejarah bersama masyarakat dapat diketahui bahwa Gampong Sawang dulunya sebuah Dusun dari Kemukiman Lageun. Pada sekitar tahun 1920 – an, terkena bencana yaitu wabah penyakit “ Ta’eun” ( Bahasa Aceh ) dan serangan ganas harimau yang menimbulkan banyak korban jiwa di pemukiman Lageun. Uniknya ada beberapa kisah tentang asal usul nama Gampong Sawang – Lageun yang kami coba kumpulkan dari beberapa cerita para orang tua atau tokoh masyarakat ada beberapa Versi:

1.     Versi Pertama diceritakan oleh orang-orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat bahwa menurut cerita orang tua kami pada tahun 1930-an terjadi penyerangan atau penyerbuan secara besar besaran terhadap Belanda di Calang yang di Pimpin oleh Teuku Sabi. Penyerbuan tersebut dimulai di Kuala Doe ( Ranei ) yang menimbulkan korban Jiwa dipihak pejuang, diantaranya bernama T. Kuhammmad akibat tertembak Oleh Belanda, walaupun T. Muhammad meninggal akan tetapi peperangan tetap dilanjutkan oleh T.Sabi dan pengikut untuk mengusir Penjajah Belanda. Nah didalam peperangan tersebut masyarakat menggunakan Beduk atau Tambo ( Bahasa Aceh )    yang fungsinya adalah sebagai alat pemberitahuan ( Lageun = Brie Thei atau Peugah yang artinya memberitahukan ) seandainya pasukan Belanda datang. Dikemudian dari nama Lageum dalam pengucapan sehari – hari oleh masyarakat berubah menjadi nama Lageun.

2.     Versi Kedua menyebutkan Bahwa Lageun adalah nama yang diberikan oleh Belanda yang berarti : Daerah yang mempunyai Laut, Sungai, Rawa- rawa, Hutan dan Panorama yang Indah.

3.     Versi Ketiga mengatakan bahwa nama Gampong Sawang bermakna: Sungai Atau Krueng yang Airnya Asin dan muara sungai yang tertutup.

4.     Pada pertengahan tahun 2008 sekitar bulan juli 2008 atas kesepakatan masyarakat nama lengkap gampong ditambah menjadi Gampong Sawang – Lageun.

Sistem pemerintahan gampong Sawang pada pola adat / kebudayaan dan peraturan secara formal yang sudah bersifat umum sejak jaman dahulu, pemerintah gampong dipimpin oleh seorang Geutjhik dan dibantu oleh dua orang wakil Geutjhik atau yang dikenal dengan sekdes karena pada saat itu dalam susunan pemerintahan gampong belum ada istilah kepala Dusun, Kaur dan sebagainya. Waki Geutjhik pada saat itu juga memiliki peran dan fungsi yang sama seperti halnya kepala Dusun yang sekarang. Imum mukim memiliki peran yang sangat kuat dalam tatanan pemerintah gampong yaitu sebagai penasehat baik dalam penetapan sebuah kebijakan ditingkat pemerintahan gampong dan dalam memutuskan sebuah keputusan hokum adat. Tuha Peut menjadi bagian lembaga penasehat gampong, Tuha Peut juga sangat berberan dan berwewenang dalam memberi pertimbangan terhadap pengambilan keputusan-keputusan gampong memantau kinerja dan kebijakan yang diambil oleh Geutjhik, imum meunasah berperan meorganisasikan kegiatan-kegiatan keagamaan.

Pada jaman dahulu roda pemerintahan dilaksanakan dirumah Geutjhik dan dilapangan (tengah-tengah masyarakat) karena pada saat itu belum ada kantor. Pada tahun 2009, kantor Geutjhik difungsikan dikarenakan tatanan pemerintahan sudah tertata, bahkan Tupoksi aparatur gampong telah terbagi, masing-masing bekerja sesuai dengan Tupoksi sendiri. Urutan pemimpin pemerintahan Gampong Sawang atau Geutjhik menurut informasi para tetua Gampong sejak dari mula pertama gampong Sawang menjadi suatu wilayah gampong sampai dengan tahun 2018 dapat dilihat pada tabel berikut:

 

No.

 

NAMA GEUTJHIK

 

PERIODE PEMERINTAHAN

1.

HARUN

s/d 1960

2.

MUSA

1961 – 1980

3.

T. BANTA SULAIMAN

1981 – 1986

4.

T. M. ALI

1987 – 1992

5.

ALIMI KMS

1993 – 1995

6

IBNU ABBAS

1996 – 1997

7

RAHIMI YUSUF

1997 – 2004

8

T. BANTA SAIDI

2005 – 2007

9

YUSNADI

2007 – 2013

10

TEUKU DAHRUN

2014 – 2016

11

T. MASRIZAL

2016 – 2017

12

CUT EVARAFIKA,S.IP, M.Si

2017 – 2018

13

T. HENDRA SAPUTRA

2018 - 2020

14

TEUKU ARIF ALFIAN, ST

2020 - 2022

15

ZULFADLI, SE

2022 - SEKARANG



             





Sawang

Alamat
Jalan Banda Aceh - Calang KM 121 , Dusun Ikhlas
Phone
Telp. 0651 - 7554635, Fax. 0651 - 7554636
Email
[email protected]
Website
setiabhaktisawang.sigapaceh.id

Kontak Kami

Silahkan Kirim Tanggapan Anda Mengenai Website ini atau Sistem Kami Saat Ini.

Total Pengunjung

20.525